Ketauhidan Sebagai Fondasi Utama Keimanan dan Harapan
Sebagai mahasiswa baru, Anda berada di ambang perjalanan intelektual dan spiritual yang baru. Pada saat ini, memiliki pandangan yang optimis dan tindakan yang positif sangat penting untuk membangun masa depan yang cerah. Sebagaimana disebutkan dalam Hadis Arba'in ke-42, Allah SWT berfirman:
"Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu meskipun sebanyak dosa-dosamu sampai ke langit."
Dengan demikian, selalu berharaplah pada kebaikan dan berdoalah dengan penuh keyakinan. Ketika berdoa, mintalah kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan, dan mintalah yang terbaik. Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:
"Jika kalian meminta surga, maka mintalah surga Firdaus, karena itulah surga tertinggi dan terbaik." (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai mahasiswa, kita juga diingatkan untuk memiliki cita-cita yang tinggi, seperti ungkapan bahwa meskipun kaki kita berpijak di bumi, biarlah cita-cita kita terbang menuju bintang Thurayyah. Dengan pandangan yang optimis dan usaha yang sungguh-sungguh, harapan dan doa kita insya Allah akan membuahkan hasil yang positif.
Tauhid adalah dasar dari agama Islam dan merupakan ajaran paling mendasar yang harus dipegang oleh setiap Muslim. Ia merupakan bentuk pengesaan terhadap Allah SWT, baik dalam perbuatan-Nya (rububiyah), dalam peribadatan kepada-Nya (uluhiyah), maupun dalam nama dan sifat-sifat-Nya (asma wa sifat). Tauhid bukan hanya sekedar konsep teologis, tetapi juga mempengaruhi segala aspek kehidupan seorang Muslim, dari cara berpikir hingga perilaku sehari-hari. QS. Al-Bayyinah, 6 - "Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus..."
Pengertian Tauhid
Secara etimologis, tauhid berasal dari kata 'wahhada' yang berarti 'mengesakan'. Dalam konteks syariah, tauhid berarti mengesakan Allah dalam semua perbuatan-Nya seperti mencipta, mengatur, dan menghidupkan. Tidak ada satu makhluk pun yang memiliki kemampuan tersebut selain Allah SWT. Tauhid juga bermakna hanya menyembah Allah dan menjauhkan diri dari segala bentuk kesyirikan.
QS. Az-Zumar, 62 - "Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu."
Contoh penerapan tauhid dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seorang Muslim memulai setiap kegiatannya dengan bismillah, sebagai bentuk pengakuan bahwa semua kekuatan berasal dari Allah SWT.
Perbedaan Tauhid dan Aqidah
Tauhid adalah bagian dari aqidah, tetapi aqidah mencakup ruang lingkup yang lebih luas. Aqidah meliputi semua keyakinan yang dipegang oleh seorang Muslim, termasuk kepercayaan kepada malaikat, kitab-kitab Allah, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir. Tauhid adalah bagian inti dari aqidah karena ia menegaskan keesaan Allah dalam seluruh aspek.Sebagai contoh, seorang Muslim yang memahami aqidah secara benar akan meyakini bahwa semua takdir baik dan buruk datang dari Allah, dan mereka tidak akan bersandar pada benda-benda atau amalan yang menyimpang seperti jimat atau mantra.
Pembagian Tauhid
Tauhid adalah pengesaan Allah SWT dalam segala aspek kepercayaan dan ibadah. Tauhid ini terbagi menjadi tiga:
Tauhid Rububiyah: Keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur alam semesta. "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-Fatiha: 2).
Tauhid Uluhiyah: Pengesaan Allah dalam segala bentuk ibadah, di mana hanya Dia yang berhak disembah. "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan." (QS. Al-Fatiha: 5).
Tauhid Asma' wa Sifat: Pengesaan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang agung, di mana hanya Allah yang memiliki nama-nama yang paling indah dan sifat-sifat yang sempurna. "Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang." (QS. Al-Fatiha: 3).
Surah Al-Fatiha, yang sering disebut sebagai Ummul Kitab, merangkum seluruh ajaran tauhid ini. Setiap Muslim diwajibkan untuk memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
QS. Al-An’am, 82 - "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Contoh nyata dari tauhid uluhiyah adalah ketika seorang Muslim hanya berdoa kepada Allah dan tidak menggantungkan harapannya kepada benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan supranatural.
Contoh nyata dari tauhid uluhiyah adalah ketika seorang Muslim hanya berdoa kepada Allah dan tidak menggantungkan harapannya kepada benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan supranatural.
Keutamaan Tauhid
Keutamaan tauhid sangat besar dalam Islam, di antaranya:
- Amal Ibadah Diterima: Tauhid adalah syarat utama diterimanya amal ibadah. Tanpa tauhid, seluruh amal ibadah akan sia-sia. Contoh: Seorang yang bersedekah sebanyak apapun, jika ia melakukan syirik, sedekahnya tidak akan diterima di sisi Allah SWT.
- Keselamatan dari Neraka: Tauhid adalah pelindung utama dari api neraka. Mereka yang meninggal dalam keadaan bertauhid akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah, meskipun ia memiliki dosa sebesar gunung. Hadis Arba'in No. 42: "Allah SWT berfirman: Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh langit, namun engkau datang dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan apapun, maka Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh langit pula." dan "Barangsiapa yang akhir ucapannya sebelum mati adalah 'La ilaha illallah', maka dia akan masuk surga." (HR. Abu Dawud).
- Ketenangan Jiwa: Orang yang bertauhid akan merasakan ketenangan dan ketenteraman dalam hidupnya, karena ia hanya bergantung kepada Allah SWT.
Contoh Syirik Besar dan Syirik Kecil
Syirik adalah dosa yang paling besar dan merupakan pelanggaran langsung terhadap tauhid. Syirik terbagi menjadi dua jenis: syirik besar (syirik akbar) dan syirik kecil (syirik asghar).A. Syirik Besar (Kuno dan Modern)
Melakukan perbuatan yang menyekutukan Allah dalam hal rububiyah atau uluhiyah, seperti menyembah selain Allah atau mempercayai adanya kekuatan lain yang setara dengan Allah. Contoh syirik besar adalah menyembah berhala atau mempercayai bahwa seorang dukun memiliki kekuatan untuk mengubah takdir.
Syirik Kuno: Menyembah berhala atau makhluk lain selain Allah. Ini adalah bentuk syirik yang dilakukan oleh kaum terdahulu, seperti kaum Nabi Ibrahim AS. Menyembah patung berhala seperti Latta, Uzza, dan Manat.
Syirik Modern: Menggantungkan nasib atau kesuksesan pada benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan khusus, seperti jimat, rajah, atau cincin keberuntungan. Mempercayai bahwa cincin tertentu dapat membawa keberuntungan atau mengubah nasib seseorang.
B. Syirik Kecil (Kuno dan Modern)
Syirik Kuno: Menyembah berhala atau makhluk lain selain Allah. Ini adalah bentuk syirik yang dilakukan oleh kaum terdahulu, seperti kaum Nabi Ibrahim AS. Menyembah patung berhala seperti Latta, Uzza, dan Manat.
Syirik Modern: Menggantungkan nasib atau kesuksesan pada benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan khusus, seperti jimat, rajah, atau cincin keberuntungan. Mempercayai bahwa cincin tertentu dapat membawa keberuntungan atau mengubah nasib seseorang.
B. Syirik Kecil (Kuno dan Modern)
Perbuatan yang dapat menodai tauhid, meskipun tidak sampai mengeluarkan seseorang dari Islam. Contohnya adalah riya’ (beribadah dengan tujuan ingin dilihat orang lain) atau bersumpah demi selain Allah.
Syirik Kuno: Riya’ atau melakukan ibadah dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari manusia. Memperpanjang sujud dalam shalat agar dianggap sebagai orang yang saleh.
Syirik Modern: Berlebihan dalam takut atau berharap kepada manusia hingga mengabaikan perintah Allah. Mengabaikan kewajiban shalat karena takut dimarahi atasan atau bos di tempat kerja.
Hadis Arba’in No. 6: "Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, namun di antara keduanya ada perkara yang samar-samar (syubhat) yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa menjaga diri dari perkara syubhat, maka dia telah menjaga agamanya dan kehormatannya..."
Contoh dari syubhat adalah menggunakan praktik perdukunan untuk mencari kesembuhan ketika tidak yakin akan keefektifan doa dan ikhtiar.
Orang yang tidak bertauhid atau yang melakukan syirik besar akan mendapatkan sanksi yang berat di akhirat. Seseorang yang tidak bertauhid, baik dengan melakukan syirik besar atau kecil, akan mendapatkan ancaman berat dari Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman bahwa syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni jika tidak bertaubat darinya sebelum meninggal dunia. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya..." (QS. An-Nisa : 48).
"Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka." (QS. Al-Ma'idah: 72).
Syirik besar adalah dosa yang tidak akan diampuni jika seseorang meninggal dalam keadaan belum bertaubat darinya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menjaga kemurnian tauhid dan menjauhi segala bentuk syirik.
Sebagai contoh, seseorang yang terus-menerus menyekutukan Allah dengan percaya pada kekuatan selain-Nya, meskipun melakukan ibadah lain, tetap terancam tidak akan diampuni dosa-dosanya kecuali bertaubat.
Tauhid adalah fondasi utama bagi keimanan setiap Muslim. Tanpa tauhid, seluruh amalan dan ibadah akan sia-sia. Oleh karena itu, menjaga kemurnian tauhid dengan menjauhi segala bentuk syirik, baik besar maupun kecil, adalah kewajiban setiap Muslim.
QS. Al-Ikhlas, 1-4 - "Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang tauhid dan menjauhkan kita dari segala bentuk kesyirikan. Dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan ini sesuai dengan petunjuk-Nya dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Syirik Kuno: Riya’ atau melakukan ibadah dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari manusia. Memperpanjang sujud dalam shalat agar dianggap sebagai orang yang saleh.
Syirik Modern: Berlebihan dalam takut atau berharap kepada manusia hingga mengabaikan perintah Allah. Mengabaikan kewajiban shalat karena takut dimarahi atasan atau bos di tempat kerja.
Hadis Arba’in No. 6: "Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, namun di antara keduanya ada perkara yang samar-samar (syubhat) yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa menjaga diri dari perkara syubhat, maka dia telah menjaga agamanya dan kehormatannya..."
Contoh dari syubhat adalah menggunakan praktik perdukunan untuk mencari kesembuhan ketika tidak yakin akan keefektifan doa dan ikhtiar.
Sanksi Tidak Bertauhid
Orang yang tidak bertauhid atau yang melakukan syirik besar akan mendapatkan sanksi yang berat di akhirat. Seseorang yang tidak bertauhid, baik dengan melakukan syirik besar atau kecil, akan mendapatkan ancaman berat dari Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman bahwa syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni jika tidak bertaubat darinya sebelum meninggal dunia. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya..." (QS. An-Nisa : 48).
"Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka." (QS. Al-Ma'idah: 72).
Syirik besar adalah dosa yang tidak akan diampuni jika seseorang meninggal dalam keadaan belum bertaubat darinya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menjaga kemurnian tauhid dan menjauhi segala bentuk syirik.
Sebagai contoh, seseorang yang terus-menerus menyekutukan Allah dengan percaya pada kekuatan selain-Nya, meskipun melakukan ibadah lain, tetap terancam tidak akan diampuni dosa-dosanya kecuali bertaubat.
Tauhid adalah fondasi utama bagi keimanan setiap Muslim. Tanpa tauhid, seluruh amalan dan ibadah akan sia-sia. Oleh karena itu, menjaga kemurnian tauhid dengan menjauhi segala bentuk syirik, baik besar maupun kecil, adalah kewajiban setiap Muslim.
QS. Al-Ikhlas, 1-4 - "Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang tauhid dan menjauhkan kita dari segala bentuk kesyirikan. Dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan ini sesuai dengan petunjuk-Nya dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
0 Komentar